Mencari Keberkahan Hidup
Kajian Islam
24 February, 2017 Dunia Islam Mencari Keberkahan Hidup, Meraih Keberkahan Hidup
Sahabat dunia islam, Berkah ini sering kita
jadikan tujuan hidup di samping mencari ridho Allah. Mencari Keberkahan hidup pada hakekatnya adalah mencari bahagia. Di pesantren atau di
acara pengajian, kita diajarkan yang terpenting mencari berkah, bukan sekadar
kepintarannya. Kalau sekadar pintar saja tetapi tidak berkah maka ilmu tersebut
bisa menjadi malapetaka.
Orang tua kita juga
memberi pesan agar dalam hidup, yang kita cari adalah berkah. Dan berkah ini
tidak selalu berkorelasi dengan banyaknya harta yang kita miliki. Ada sebuah
hadits yang sering dijadikan doa, terutama kepada pengantin yang seringkali
dijadikan sebuah kutipan dalam undangan pernikahan.
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا
Artinya: “Semoga Allah memberi berkah untukmu, memberi bekas
atasmu, dan menghimpun yang terserak di antara kalian berdua.” (HR At-Turmudzi)
Dalam kajian ilmu Nahwu kalimat “laka”, itu digunakan untuk
hal-hal yang sifatnya menguntungkan atau menyenangkan. Kalau yang tidak enak,
menggunakan kata “alaika”. Ternyata, bahasa laka dan alaika digunakan
oleh Rasulullah dalam hadits tersebut supaya orang itu mendapat keberkahan baik
dari hal yang enak maupun yang tidak enak. Semuanya ada nilai keberkahannya.
Bagi sementara orang, keberkahan itu sesuatu yang enak secara fisik saja.
Padahal bisa jadi, yang tidak enak itu lah yang sebenarnya menjadi berkah.
Misalnya, setelah
menjadi seorang anggota DPR harus masuk penjara. Ini menunjukkan sesuatu yang
tampaknya enak, berupa jabatan tinggi yang dihormati banyak orang, ternyata
malah membawa bencana. Orang sakit juga bisa mendapat keberkahan karena dengan
beristirahat, maka ia memiliki kesempatan untuk mengevaluasi dirinya, momen
yang ia peroleh lantaran kesibukan dirinya. Ini menunjukkan bahwa antara yang
menguntungkan dan tidak menguntungkan, sama-sama mendapat peluang mendapat
keberkahan.
Bertambahnya sesuatu
juga belum tentu membawa kebaikan jika tidak mendekatkan diri kepada Allah.
Orang yang tambah umurnya belum tentu lebih berkah, orang yang tampak rezekinya
juga belum tentu tambah berkah. Demikian pula, orang yang tambah ilmu juga
belum tentu mendapatkan berkah jika ilmu tersebut hanya menjadi kebanggaan
diri, bukan untuk diajarkan kepada orang lain atau untuk menambah keimanan
kepada Allah.
مَنِ ازْدَادَ عِلمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدىً لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلّا بُعْدًا
Artinya, Barangsiapa bertambah ilmunya namun tidak bertambah
petunjuk yang ia raih, niscaya dia hanya menambah jauh jarak dari Allah
Jadi ilmu tambah bukan
berarti semakin dekat dengan Allah. Ini adalah cerminan dari ilmu yang tidak
berkah.
Berkah itu maknanya
kebahagiaan. Orang berbahagia itu sering diukur hanya dari ukuran fisiknya.
Benarkah demikian? Dalam pandangan agama, tanda-tanda kebahagiaan tidak selalu
yang tampak secara dhahir. Karena tampilan lahiriah sejumlah orang bisa saja
seolah bahagia, tapi batin mereka menderita.
ومِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا
إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. (QS:
al-Rum 21)
Sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah adalah Ia menciptakan
istri-istri yang dapat menentramkan jiwa dan menciptakan kasih sayang antara
keduanya. Kebahagian rumah tangga bukan terletak pada kecantikan istri atau
kekayaan suami. Misalnya, apa iya kalau punya istri cantik terus berbahagia.
Mungkin iya, tetapi mungkin saja tambah pusing. Belum tentu mendapat
kebahagiaan. Betapa banyak pasangan cantik rupawan yang justru berakhir pada
perceraian. Bahkan rata-rata penggugat datang dari perempuan. Ini bukti bahwa
mereka tidak bahagia. Karena itu, hal yang bersifat dhahir menarik tidak
menjamin rasa bahagia.
Standar untuk menilai kebahagiaan keluarga tidak dilihat dari
harta apa yang dimiliki, tetapi apakah suami istri tersebut memiliki akhlak
yang baik. Jika mereka memiliki akhlak yang mulia, insyaallah mereka akan
berbahagia.
Meraih
Keberkahan Hidup bisa kita raih dengan
senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah subhanahu wata’ala seraya terus
menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, seperti syukur, qana’ah, gemar
bersedekah, berbakti kepada kedua orang tua, dan lain-lain. (27/1)
Semoga bermanfaat.
Baca Juga : Pilih Miskin yang Sabar Atau Kaya yang BersyukurBaca juga : Kenalan sama alam kubur
Sumber : NU.or.id Rubrik Khatbah Jumat
Mencari Keberkahan Hidup
4/
5
Oleh
Restu